* Penjelasan Kumpulan Meta Tag Blogger SEO Friendly --------------------------------------------------------------------------------- ~ Tujuanya agar Search Engine ( Google, Bing search dsb ) mengakses seluruh blog antum. --------------------------------------------------------------------------------- Info Bogor: Kesehatan ~ Ini adalah meta tag deskripsi dan keywords otomatis, mengapa ana memakai meta tag deskripsi dan keywords otomatis bukan yang manual? Jawabnya adalah berdasarkan pengamatan ana pada kontes-kontes SEO, nampaknya pada saat ini Google lebih suka Web atau blog yang tidak terlalu over SEO friendly, karna dengan meta tag deskripsi dan keywords manual, blog kita akan terlalu SEO hingga Google kurang menyukainya ( Wallahu'alam ). --------------------------------------------------------------------------------- Verifikasi Google, untuk mendapatkan meta tag tersebut klik disini! Verifikasi yousaytoo, agar antum mendapatkan backlink dari yousaytoo, untuk mendapatkan meta tag tersebut klik disini! Verifikasi Bing search, untuk mendapatkan meta tag tersebut daftar disini! Verifikasi Bing search, agar mendapatkan backlink dari alexa, untuk mendapatkan meta tag tersebut daftar disini! --------------------------------------------------------------------------------- ~ Meta tag ini memudahkan search engine dalam mengakses informasi tentang blog antum. ---------------------------------------------------------------------------------

Pages

Showing posts with label Kesehatan. Show all posts
Showing posts with label Kesehatan. Show all posts

Thursday, 13 December 2012

Metode Laktasi Amenore (MLA): Tidak Hamil Hanya dengan ASI


Banyak pasangan suami istri yang takut untuk langsung kembali mengandung sesaat setelah melahirkan. Usia anak yang masih sangat kecil biasanya menjadi alasan pasangan suami istri untuk mengatur kehamilannya, dan hal tersebut adalah benar, anak yang masih sangat kecil membutuhkan perhatian yang sangat besar dari kedua orang tuanya bahkan hingga mereka melewati fase balita. Karena kekhawatiran tersebut, banyak ibu setelah masa nifas langsung menggunakan berbagai metode kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
Biasanya pilihan ibu adalah kontrasepsi suntik, pil KB, implan, atau IUD/AKDR. Walaupun masih menjadi perdebatan tentang pemberiannya, namun pemberian kontrasepsi hormonal, terutama pil KB kombinasi estrogen-progesteron (estrogen paling memiliki pengaruh), dikhawatirkan dapat menekan produksi ASI walaupun tidak mengurangi kualitas ASI itu sendiri, akibatnya ini akan sangat merugikan bagi bayi. Kontrasepsi paling aman untuk ibu menyusui ialah IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), karena tidak mengandung hormon yang mampu mempengaruhi produksi ASI ibu.  Tapi tahukah ibu, dalam masa 6 bulan pertama setelah melahirkan ibu dapat tidak hamil tanpa menggunakan berbagai kontrasepsi tersebut? Jawabannya adalah ‘dapat’. Kini telah dikenalkan Metode Laktasi Amenore (MLA), yang telah diteliti dapat menghambat kehamilan hingga 98%.

Apa itu MLA (Metode Laktasi Amenore)?

Anda pernah mendengar mengenai Metoda Laktasi Amenore (MLA)? Jika belum, MLA adalah metode kontrasepsi alamiah di mana ibu-ibu pasca melahirkan dapat tidak hamil tanpa menggunakan KB hormonal, namun cukup hanya dengan memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama pasca persalinan, dengan kata lain ibu hanya memberikan ASI sebagai makanan utama bayi tanpa makanan pendamping lain termasuk air putih. Rangsangan puting susu ibu saat menyusui dapat merangsang otak untuk menghambat proses kesuburan ibu, sehingga kehamilan dapat dicegah.

Syarat dan Kriteria MLA

Penggunaan metode ini harus memenuhi tiga kriteria, adapun kriteria tersebut ialah:
  1. Memberikan ASI secara eksklusif sesering mungkin sesuai keinginan bayi (feeding on demand), baik siang maupun malam. Frekuesi pemberian ASI paling sedikit 10-12 kali sehari dalam satu bulan pertama sesudah melahirkan, dan 8-10 kali sehari (termasuk 1 kali pada malam hari) untuk usia bayi di atas satu bulan. Menyusukan bayi sebaiknya tidak melibihi  4 jam antara satu waktu pemberian ke pemberian berikutnya di siang hari, dan pada malam hari waktu pemberian ASI tidak boleh lebih dari 6 jam.
  2. Usia bayi kurang dari 6 bulan.
  3. Ibu belum mendapat menstruasi. Jika ibu telah menstruasi dalam 6 bulan pertama pasca persalinan, maka sudah pasti metode ini tidak dapat digunakan.
Jika salah satu kriteria tersebut tidak dapat dipenuhi maka penggunaan MLA tidak dianjurkan, dan ibu dapat berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya mengenai metode kontrasepsi lain yang sesuai dan aman bagi ibu.

Bagaimana Pelaksanaan MLA pada Ibu yang Bekerja di Luar Rumah?

Selama tiga kriteria pemberian MLA masih dapat diterapkan oleh ibu yang bekerja di luar rumah maka cara ini masih dapat digunakan, terutama jika bayi dapat dibawa ke tempat kerja. Pada zaman sekarang telah banyak ditemukan tempat lingkungan kerja yang dilengkapi dengan ruangan khusus untuk ibu menyusui, bahkan membawa bayi ke tempat kerja telah menjadi tren di lingkungan wanita karir yang memiliki bayi, tentunya dengan bantuan pengasuh bayi. Pada intinya tetap sesuai dengan ketentuan di mana jika ibu tetap ingin menerapkan MLA bayi tidak boleh terpisah lebih dari 4 jam dari ibunya. ASI perah dalam fungsinya sebagai kontrasepsi agak kurang menguntungkan dan memiliki angka kegagalan kontrasepsi yang lebih tinggi yaitu berkisar 5 dari 100 ibu pekerja yang menggunakan MLA, hal ini dikarenakan hisapan pompa tidak sekuat hisapan bayi, sehingga mengurangi respon neuroendokrin di otak untuk mencegah kesuburan ibu.

Apa Keuntungan Penggunaan MLA?

  1. Metoda kontrasepsi alamiah, non hormonal. Sehingga ibu terhindar sementara dari berbagai efek samping kontrasepsi hormonal.
  2. Laktasi menguntungkan ibu dan bayi. Bagi ibu, langsung menyusui sesaat setelah melahirkan dapat menghentikan perdarahan, selain itu menyusui membuat badan ibu menjadi proporsional kembali, dsb. Bagi bayi, menyusu membuat bayi mendapatkan kekebalan pasif berupa zat imunoglobulin, kandungan DHA membuat pertumbuhan tubuh dan otak jauh lebih baik, bayi mendapatkan gizi yang mumpuni sesuai dengan usianya, dsb. Yang terpenting adalah menimbulkan kedekatan emosional antara ibu dan bayi.
  3. Efisiensi biaya dalam hal kontrasepsi dan nutrisi bayi. Keluarga tidak perlu mengeluarkan uang untuk kontrasepsi dan membeli susu formula, sehingga dana tersebut dapat disimpan maupun dialihkan untuk keperluan lainnya.
  4. Tidak mengganggu hubungan seksual.

Yang Harus Dipertimbangkan pada Pengguna MLA

  1. Mengidap HIV dan AIDS, ibu tetap dapat menyusui namun setelah berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
  2. Ibu sedang menggunakan obat-obatan selama menyusui bayinya seperti obat-obatan anti depresan, ergotamin, anti metabolit, siklosporin, kortikosteroid, antibiotik kuinolon, dll.
  3. Bayi mengalami sukar bernafas, bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan prematur, gangguan pencernaan, bayi yang membutuhkan perawatan intensif, bibir sumbing, dll.

Apa yang Dilakukan Setelah Usia Bayi Lebih Dari 6 Bulan?

Pada ibu yang menggunakan MLA, jika usia bayi telah lebih dari 6 bulan ASI boleh tetap dilanjutkan namun MLA sudah tidak dapat digunakan lagi, atau berkurang efektifitasnya karena ASI bukan satu-satunya lagi makanan si bayi (walaupun ada penelitian yang menyebutkan pemberian ASI hingga 1 tahun efektifitas kontrasepsinya masih sangat tinggi, yaitu sekitar 94%). Untuk itu perlu direncanakan dan dikonsultasikan kepada dokter mengenai metode  kontrasepsi lain sebagai pendamping ibu menyusui untuk mengatur kehamilan. Kontrasepsi yang digunakan harus tepat dan aman bagi ibu menyusui.
Demikian sekilas mengenai Metode Laktasi Amenore (MLA), diharapkan dapat menjadi pilihan utama bagi setiap keluarga yang baru saja memiliki buah hati mengingat manfaatnya yang sangat besar baik bagi ibu maupun sang bayi. Silahkan konsultasikan kepada dokter maupun tenaga kesehatan terpercaya mengenai informasi lebih mendalam mengenai MLA, demi kesehatan Anda dan buah hati.
URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/metode-laktasi-amenore-mla-tidak-hamil.html

Penyebab Kegagalan Pengobatan Flek Paru pada Anak



Kasus penyakit TBC Paru pada anak, kerennya dikenal dengan penyakit FLEK paru terus saja meningkat dan merupakan penyakit yang cukup membosankan karena pengobatanya memerlukan waktu yang lama, minimal 6 bulan berturut-turut minum obat rutin setiap hari. Bahkan kadang di perlukan pengobatan ulang.
Capek kan? Masih mending jika selama pengobatan anak bertambah sehat, makan tambah banyak, tidak sakit-sakitan lagi. Sepertinya rasa capai merawat buah hati menjadi hilang, rasa kesal berubah menjadi senang.'sick baby girl' photo (c) 2011, Kourtlyn Lott - license: http://creativecommons.org/licenses/by-nd/2.0/
Tetapi coba bayangkan, andaikan selama dalam pengobatan flek keadaan anak tetap tidak ada perubahan, masih sering sakit, makan tidak mau. Siap-siap saja jika kondisi masih sakit-sakitan. Mungkin advis dokter selanjutnya adalah pengobatan flek …. ULANG !!
Jika Anda ingin anak sembuh lebih baik. maka Anda perlu mengetahui apa sih penyebab kegagalan pengobatan flek? Berikut di bawah ini adalah hasil pengamatan yang kami temui selama bekerja di Puskesmas dan di klinik kami dari beberapa pasien flek paru yang mendapat advis pengobatan ulang .
  • Kurang kewaspadaan keluarga dan kurang terbukanya keluarga dengan pihak dokter yang mengobati. Contohnya kondisi anggota keluarga atau lingkungan keluarga yang memiliki penyakit yang sama atau diduga sama, sementara anak Anda diobati yang lainnya tidak. Jelas anak Anda tertular lagi. Sementara kondisi ini tidak diceritakan sama dokter yang merawat.
  • Kurang menjaga stamina tubuh anak. Selama pengobatan orang tua harus menjaga kondisi anak tetap prima. Contoh yang sering terjadi ketika anak tidur masih memakai kipas angin. Inipun tidak boleh karena anak akan kedinginan dan dalam kondisi kedinginan kondisi tubuh menjadi lemah.
  • Polusi udara, yang sering terjadi karena asap rokok. Nah ini juga sebagai faktor. Karena itu, peringatan buat Anda yang suka merokok di dalam rumah…sebaiknya merokok di luar rumah atau lebih baik lagi uang untuk membeli rokok untuk membeli susu anak.
  • Minum obat selalu terlambat atau lupa minum obat. Ini juga sering terjadi sebab mungkin karena jenuh atau kesibukan orang tua, padahal obat flek harus diminum setiap hari secara teratur.
  • Anak melanggar pantangan dokter. Contohnya anak tidak diperbolehkan makan es dan makanan yang mengandung bahan pengawet tetapi karena anak menangis minta es maka akhirnya diberikan juga. Biar diam dari pada menangis, katanya.
  • Anak tidak sepenuhnya diobati oleh satu dokter. Nah ini terbanyak saya temui. Selama masa pengobatan flek anak harus dalam pengawasan dan pengobatan satu dokter. Misalnya selama pengobatan flek anak menderita penyakit lain seperti flu, diare, typhus, sementera flek diobati dokter Spesialis anak A, penyakit lain diobati di tempat lain. Ini tidak diperbolehkan. Seharusnya penyakit lainnya pun dalam pengobatan dan pengawasan satu dokter A atau sepengetahuan dokter A. Minimal dokter lainya diberi tahu bahwa anak masih dalam pengobatan flek oleh dokter A.
Orangtua juga harus waspada dan perhatian ektra bila selama masa pengobatan anak masih mempunyai gejala seperti di bawah ini. Karena biasanya pengobatan bisa gagal dan perlu diulang:
  • Anak masih sering batuk pilek
  • Masih keluar keringat di malam hari (meskipun cuaca dingin, anak masih keluar keringat)
  • Masih rewel dan sulit tidur
  • Nafsu makan masih kurang
  • Berat badan tidak naik-naik juga
Oleh karena itu agar mendapatkan pengobatan yang lebih baik, orangtua anak harus terbuka dan senantiasa mengikuti semua saran dokter yang mengobati.

URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/penyebab-kegagalan-pengobatan-flek-paru.html

Alergi Susu Sapi

Definisi

'IMG_0660' photo (c) 2012, whgrad - license: http://creativecommons.org/licenses/by/2.0/Alergi susu sapi (Cow’s milk allergy) merupakan respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh kita terhadap susu sapi dan produk yang mengandung susu sapi, di mana tubuh kita “salah” mengenali protein susu sapi sebagai zat yang membahayakan tubuh, sehingga tubuh memproduksi zat kekebalan tubuh (IgE) untuk melawan protein susu.

Gejala

Manifestasi alergi susu sapi dapat berbeda dari satu orang ke orang lainnya, terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah minum susu atau produk dari susu sapi.
Segera setelah mengkonsumsi susu sapi, tanda-tanda alergi susu yang mungkin timbul antara lain : urticaria (biduran), wheezing (mengi), muntah. Walaupun jarang, dapat pula terjadi reaksi alergi yang berat yang biasa dikenal dengan anaphylaxis.
Gejala yang mungkin timbul setelah beberapa hari-minggu antara lain : diare (bisa terdapat bercak darah), perut kram, batuk, mengi, alergi hidung, mata berair karena alergi, ruam kulit yang gatal (sering di sekitar mulut), colic (nyeri perut) pada bayi.

Faktor Risiko

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya alergi susu sapi:
  • Alergi jenis lainnya. Banyak anak yang alergi terhadap susu juga memiliki alergi lain, seperti asma, alergi hidung, alergi kulit (eksim), biduran. Seringkali  alergi susulah yang pertama kali muncul.
  • Dermatitis atopik (eksim). Anak yang memiliki dermatitis atopik lebih sering menderita alergi makanan.
  • Riwayat alergi pada keluarga. Risiko seseorang menderita alergi makanan akan meningkat bila salah satu atau kedua orang tua memiliki alergi makanan atau jenis alergi lainnya.
  • Usia. Alergi susu sapi lebih sering terjadi pada anak-anak. Ketika bertambah dewasa, sistem pencernaan menjadi lebih sempurna dan tubuh lebih jarang bereaksi terhadap susu.

Pemeriksaan dan Diagnosis

Untuk mengevaluasi apakah terjadi alergi susu, dokter akan :
  • mengajukan pertanyaan rinci tentang tanda-tanda dan gejala yang timbul
  • melakukan pemeriksaan fisik
  • mengevaluasi catatan rinci / riwayat makanan yang dikonsumsi bayi dan Ibu (bila menyusui) dalam beberapa hari-minggu terakhir.
  • meminta untuk menghindari konsumsi susu / produk dari susu dalam beberapa hari/minggu. Kemudian mencoba kembali memberikan susu/produk susu. Bila memang terdapat reaksi alergi pada susu sapi, maka akan terlihat lebih jelas.
Dokter juga dapat merekomendasikan pemeriksaan berikut ini:
  • Tes kulit. Dalam tes ini, kulit akan ditusuk dengan jarum kecil dan diberikan sejumlah kecil protein susu. Jika terdapat alergi, maka akan timbul benjolan pada kulit.
  • Tes darah. Untuk mengukur respon sistem kekebalan tubuh terhadap susu dengan mengukur jumlah antibodi tertentu dalam darah (IgE).
Satu-satunya cara untuk mencegah alergi susu sapi adalah dengan menghindari susu dan protein susu sama sekali. Hal ini kadang sulit dilakukan karena susu merupakan bahan umum di banyak makanan.
Jika perlu obat golongan Antihistamin, dapat mengurangi tanda-tanda dan gejala reaksi alergi susu ringan. Obat ini dapat diberikan setelah mengkonsumsi susu sapi untuk mengontrol reaksi alergi dan membantu meringankan gejalanya.  Bila terjadi reaksi alergi yang serius (anafilaksis), Anda perlu segera mendapatkan penanganan di ruang gawat darurat rumah sakit.
Jika bayi Anda memiliki alergi susu sapi dan Anda sedang menyusuinya, maka Anda juga perlu menghindari konsumsi susu dan segala produk dari susu, seperti berbagai jenis susu, mentega, yogurt, es krim, gelato, keju. Hal ini karena protein susu yang dikonsumsi oleh Ibu bisa masuk ke dalam ASI.
Jika Anda memberikan susu formula, Anda dapat beralih ke susu formula berbasis protein kedelai (soya). Jika bayi Anda juga alergi terhadap susu kedelai, maka perlu diganti dengan formula hypoallergenic.
Dua jenis utama dari formula hypoallergenic tersedia:
  1. Susu formula terhidrolisa ekstensif – protein susu sapi dipecah menjadi partikel kecil sehingga mereka kurang menyebabkan alergi. Kebanyakan bayi yang memiliki alergi susu sapi – dapat menerima dengan baik susu formula yang terhidrolisa ekstensif ini. Contoh susu jenis ini adalah Pregestimil.
  2. Susu formula berbasis asam amino – mengandung protein dalam bentuk yang paling sederhana (asam amino). Susu jenis ini direkomendasikan bila kondisi bayi Anda tidak membaik bahkan setelah beralih ke formula terhidrolisa ekstensif. Contoh susu jenis ini : Nutramigen, Neocate.
Susu formula yang terhidrolisa sebagian banyak terdapat di pasaran. Biasanya susu jenis ini mudah dikenali karena mencantumkan tulisan “Hypoallergenic” atau “HA”. Susu jenis ini tidak digolongkan sebagai benar-benar hypoallergenic dan masih dapat memicu reaksi alergi yang cukup berarti.
Susu jenis ini biasanya untuk bayi yang tidak mendapat ASI, diberikan sejak awal untuk mencegah bayi yang beresiko alergi (dari riwayat orang tua), agar tidak berlanjut menjadi alergi susu sapi ataupun jenis alergi lainnya. Susu jenis ini tidak dianjurkan untuk diberikan kepada bayi yang sudah terdiagnosis / menderita alergi susu sapi.

Penggantian Susu Formula

Setelah Anda mengganti susu formula, gejala alergi diharapkan menghilang dalam 2 –  4 minggu. Dokter mungkin akan merekomendasikan untuk tetap memberikan susu terhidrolisa ekstensif ataupun susu berbasis asam amino tsb di atas sampai ulang tahun pertama anak Anda, kemudian secara bertahap memperkenalkan susu sapi ke dalam pola dietnya.

URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/alergi-susu-sapi.html

Kenali “Photoaging” dan Pengobatannya

Photoaging atau dermatoheliosis adalah pola perubahan kulit yang khas akibat paparan sinar matahari. Seseorang yang mengalami photoaging akan mengalami beberapa tanda-tanda perubahan meliputi perubahan warna dan tekstur kulit.

Klasifikasi

Photoaging diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya menjadi empat tahap:
Tipe 1:Merupakan photoaging tahap awal, tidak ada kerut, terjadi perubahan pigmen yang ringan, umumnya terjadi pada usia 20 – 30 tahun
Tipe II:Merupakan kelanjutan photoaging tahap awal tetapi sedikit lebih berat, timbul kerut jika kulit digerakkan misalnya dicubit, keratosis (penebalan kulit pada daerah tertentu yang menimbulkan bintik-bintik hitam seperti sisik) yang jelas, terjadi pada usia 30 – 40 tahun.
Tipe III:Merupakan photoaging yang parah, timbul keriput walaupun kulit dalam keadaan istirahat, terjadi perubahan kulit dan keratosis yang lebih banyak lagi, terjadi pada usia 50 tahun ke atas.
Tipe IV:Merupakan tahap photoaging yang sangat parah, warna kulit menjadi kuning atau abu-abu, pada kulit hanya ada keriput, terjadi pada usia 60 tahun ke atas.

Pengobatan

Saat ini pengobatan photoaging pada kulit yang paling sering digunakan adalah menggunakan AHAs (Alpha Hydroxy Acids). AHAs bekerja dengan cara melepaskan keratin sehingga sisik-sisik pada kulit hilang dan kulit menjadi halus serta meningkatkan elastisitas kulit sehingga keriput-keriput pada kulit hilang. Penggunaan AHA secara teratur menghasilkan tekstur kulit yang lembut, mengurangi kerutan, dan menormalisasikan pigmentasi kulit.
AHAs bukanlah suatu senyawa kimia, tetapi sekelompok senyawa kimia. Ada sekitar 10 produk-produk AHAs yang digunakan untuk perawatan photoaging kulit. Produk-produk AHAs banyak tersedia di pasaran dan dapat dibeli secara bebas, sehingga pasien dapat memilih sendiri produk yang diinginkannya tanpa resep dokter. Konsentrasi yang digunakan pun bervariasi antara 2 % – 20 %. Berikut ini adalah beberapa macam bahan aktif turunan AHAs yang digunakan dalam produk perawatan photoaging kulit:
  • Asam glikolat 10 % dan 14 %
  • Asam laktat 12 %
  • Asam sitrat
  • Campuran Urea 10 %, asam laktat 5 % dan asam malat 5 %.
  • Campuran asam laktat, urea, dan panthenol
  • Asam salisilat
  • Campuran asam laktat dan asam malat
  • Campuran oktil metoksisinamat 7,5 %, oktil salisilat 5 %, oksibenzone 3 % dan asam glikolat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan AHAs. Pertama, walaupun sudah menggunakan AHAs untuk mengobati photoaging-nya pasien tetap harus menghindari paparan sinar matahari. Hal ini bisa dibantu dengan menggunakan tabir surya dengan SPF 15 atau lebih. Kedua, produk-produk AHAs aman digunakan pada orang usia dewasa apabila digunakan secara topikal, namun untuk anak-anak dan lansia data-data keamanannya masih terbatas. Ketiga, apabila dalam pemakaian AHAs terjadi gejala-gejala iritasi berat seperti kulit kemerahan, kering yang berlebihan atau ruam, segera hentikan penggunaan AHAs. Keempat, terapi penyembuhan penuaan kulit dengan AHAs dilakukan dengan mengoleskannya pada kulit dua kali sehari selama 2 bulan. Apabila dalam 2 bulan tidak nampak perubahan kulit yang diinginkan, sebaiknya terapi dihentikan dan hubungi dokter kulit.

URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/kenali-photoaging-dan-pengobatannya.html

Tangisan Bayi Tidak Biasa, Mungkin Tanda Autisme

Tangisan bayi yang melengking tinggi dapat memberikan petunjuk apakah mereka berisiko tumbuh sebagai penyandang autisme, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Autism Research menyimpulkan.'Cry' photo (c) 2005, Yoshihide Nomura - license: http://creativecommons.org/licenses/by-nd/2.0/
Untuk studi mereka, para peneliti merekam teriakan 39 bayi berusia enam bulan, 21 di antaranya berisiko autisme karena mereka memiliki kakak kandung dengan kondisi tersebut. Bayi-bayi yang lain tanpa riwayat keluarga autisme.
Sebuah analisis yang dibantu komputer menunjukkan tangisan bayi yang berisiko autisme tinggi bernada lebih tinggi dan lebih bervariasi daripada bayi yang berisiko rendah. Hasil ini hanya berlaku ketika tangisan disebabkan oleh rasa sakit, seperti ketika bayi jatuh atau terbentur kepalanya.
Pada saat bayi-bayi dalam penelitian itu mencapai usia tiga tahun, tiga dari mereka didiagnosis memiliki autisme. Saat usia 6 bulan, ketiga anak itu memiliki teriakan yang  tertinggi. Mereka juga memiliki teriakan yang terdengar lebih tegang, dengan “latar belakang kebisingan” lebih tinggi dalam analisis komputer.
“Tetapi perbedaan dalam tangisan bayi autis mungkin tidak bisa dideteksi oleh telinga kebanyakan orang, jadi hal ini bukan sesuatu yang harus didengarkan orangtua,” kata peneliti Stephen Sheinkopf dari Brown Alpert Medical School. “Kami tidak ingin orang tua menjadi cemas mendengarkan teriakan bayi mereka”, tambahnya.

Terapi sedini mungkin

Penelitian sebelumnya di tahun 2010 menunjukkan bahwa bayi autis berusia satu tahun membuat suara dan teriakan yang tidak khas, tapi belum ada yang meneliti bayi berumur enam bulan. Jika dikonfirmasi dalam penelitian yang akan datang, temuan ini dapat memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi anak-anak berisiko autisme jauh sebelum masalah perilaku yang khas menjadi jelas.
Para ilmuwan berharap dapat menggunakan metode ini untuk terapi dini gangguan perkembangan pada anak-anak. Seringkali autisme baru ditemukan di tahun kedua atau ketiga kehidupan, padahal semakin cepat terapi dimulai, semakin besar peluang keberhasilan. “Semakin cepat kita dapat intervensi, semakin besar perubahan jangka panjang yang dapat kita lakukan untuk kebaikan anak,” kata Sheinkopf.

Larut dalam dunia pikiran

Anak-anak penyandang autisme hidup dalam pikiran mereka sendiri. Mereka menghindari kontak dengan orang lain,  termasuk orang tua mereka. Mereka juga hanya sedikit merespon perawatan. Dalam banyak kasus, autisme dikaitkan dengan keterbelakangan mental dan perkembangan bicara.  Jumlah anak-anak penyandang autisme di Indonesia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir, diperkirakan mencapai 2,4 juta anak saat ini. Anak laki-laki lebih sering terkena dibandingkan anak perempuan, namun kondisi pada anak perempuan umumnya lebih berat.

URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/tangisan-bayi-tidak-biasa-mungkin-tanda.html

5 Penyebab Utama Kematian Ibu di Indonesia

    Bila Anda seorang ibu yang akan melahirkan anak, risiko Anda meninggal dunia sepuluh kali lipat rekan Anda di Malaysia dan Sri Lanka. Angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi di Indonesia. Setiap tahun, sekitar 20 ribu ibu Indonesia meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan.  Sebanyak 259 ibu meninggal dunia pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Angka itu lebih dari sepuluh kali AKI Malaysia (19) dan Sri Lanka (24). Target Pemerintah adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.'Mother and Baby' photo (c) 2005, Carol Schaffer - license: http://creativecommons.org/licenses/by/2.0/

Apa saja penyebab kematian ibu?

Kematian ibu (maternal death) menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera. Penyebab utama kematian ibu diklasifikasikan sebagai langsung  dan tidak langsung.
  • Penyebab langsung: berhubungan dengan komplikasi obstetrik selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post-partum). Mayoritas penyebab kematian ibu adalah penyebab langsung.
  • Penyebab tidak langsung: diakibatkan oleh penyakit yang telah diderita ibu, atau penyakit yang timbul selama kehamilan dan tidak ada kaitannya dengan penyebab langsung obstetrik, tapi penyakit tersebut diperberat oleh efek fisiologik kehamilan.

Lima besar

Menurut hasil kajian kinerja IGD Obstetri-Ginekologi dari RSUP Cipto Mangunkusumo, yang merupakan RS rujukan nasional, lima besar penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia, sepsis, infeksi dan gagal paru.
1. Perdarahan
Perdarahan yang tidak terkontrol menyumbang sekitar 20%-25% kematian ibu sehingga merupakan risiko yang paling serius. Kehilangan darah dapat terjadi selama kehamilan, selama persalinan, atau setelah persalinan (post partum). Perdarahan post partum yang menyebabkan kehilangan darah lebih dari 1.000 mL adalah penyebab utama kematian. Meskipun dapat dicegah, tidak semua kasus perdarahan post partum dapat dihindari. Atonia uterus (uterine atony), yaitu kondisi di mana otot rahim kehilangan kemampuan untuk berkontraksi setelah melahirkan, adalah penyebab utama perdarahan post partum. Penyebab lain yang lebih jarang adalah retensi plasenta (retained placenta), di mana seluruh atau sebagian jaringan plasenta tertinggal di rahim.  Penyebab trauma termasuk luka, ruptur uterus, dan inversi uterus.
Komplikasi dari perdarahan postpartum termasuk hipotensi ortostatik, anemia, dan kelelahan, yang dapat menyulitkan perawatan pasca melahirkan. Anemia post-partum meningkatkan risiko depresi post-partum.
Perdarahan post partum dapat ditangani dengan pengelolaan yang melibatkan obat-obatan dan perawatan non obat.
2. Eklampsia
Eklampsia adalah kondisi yang ditandai dengan gagal ginjal, kejang, dan koma saat kehamilan atau pasca melahirkan, sehingga dapat berujung pada kematian ibu. Eklampsia biasanya terjadi setelah trimester ketiga kehamilan, mayoritas pada saat persalinan (intrapartum) dan 48 jam pertama setelah melahirkan (postpartum). Eklampsia merupakan komplikasi berat dari kondisi yang mendahuluinya, yaitu preeklampsia. Preeklampsia, juga dikenal sebagai toxemia kehamilan, ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi), proteinurea (protein dalam urin), edema (pembengkakan) umum, dan kenaikan berat badan secara tiba-tiba. Preeklampsia dapat diidentifikasi pada masa kehamilan dengan memantau tekanan darah, tes protein urin, dan pemeriksaan fisik. Deteksi dini dan pengelolaan preeklampsia dapat mencegah perkembangannya menjadi eklampsia.
3. Sepsis
Sepsis maternal adalah infeksi bakteri yang parah, biasanya pada uterus (rahim), umumnya terjadi beberapa hari setelah melahirkan. Sepsis dapat menyebar dari rahim ke saluran tuba dan ovarium atau ke dalam aliran darah. Infeksi yang terjadi setelah melahirkan ini juga dikenal sebagai sepsis puerperalis. Penyebab utamanya adalah bakteri yang disebut Group A Streptococcus (GAS) yang memasuki tubuh melalui kulit atau jaringan yang rusak saat melahirkan.
Sepsis maternal menyebabkan demam dan satu atau lebih gejala berikut:
  • Menggigil dan perasaan tidak sehat secara umum
  • Nyeri perut bawah
  • Keputihan berbau busuk
  • Perdarahan dari vagina
  • Pusing dan pingsan
Sepsis umumnya terjadi karena standar kebersihan yang buruk selama proses persalinan, misalnya persalinan atau aborsi yang dibantu oleh dukun beranak. Sepsis juga dapat disebabkan oleh infeksi menular seksual yang tidak diobati selama kehamilan. Penyakit ini dapat dicegah atau dikelola dengan pemeriksaan lab yang tepat, standar pengendalian infeksi yang tinggi selama persalinan dan pengobatan antibiotik selama dan sesudah persalinan.
4. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan kematian ibu termasuk dalam kelompok penyebab tidak langsung. Infeksi yang paling umum adalah malaria, tuberkulosis, dan hepatitis. Ibu hamil yang terinfeksi penyakit-penyakit tersebut biasanya memiliki gejala yang lebih parah dan memiliki tingkat risiko tinggi keguguran, kematian janin, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, kematian bayi dan/atau ibu.
  • Malaria merupakan infeksi parasit yang ditularkan oleh nyamuk dan menewaskan lebih dari 1 juta orang setiap tahunnya. Penyakit ini lebih umum pada wilayah Indonesia bagian timur. Malaria dapat dicegah dengan obat-obatan yang tepat dan perangkat antinyamuk.
  • Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang termasuk dalam target kedaruratan WHO sejak tahun 2005. Sekitar sepertiga dari populasi dunia (diperkirakan sekitar 1,75 miliar) terinfeksi basil tuberculosis. Penyakit ini dapat diperberat oleh kehamilan dan menyebabkan kematian ibu dan/ atau janin. TB dapat disembuhkan dengan obat-obatan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol.
  • Hepatitis adalah infeksi virus yang menyerang fungsi hati. Virus hepatitis B (HBV) adalah penyebab paling umum hepatitis pada ibu hamil, namun virus hepatitis E (HEV) adalah yang paling dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian ibu. Hepatitis E akut dapat memberikan gejala tiba-tiba dalam beberapa hari atau minggu sebelum kematian. Hepatitis dapat dicegah dengan kewaspadaan, imunisasi, dan sanitasi yang lebih baik.
5. Gagal Paru
Kegagalan pernafasan akut adalah salah satu penyebab umum kedaruratan kebidanan yang berisiko kematian tinggi. Penyebab umum kegagalan pernapasan akut adalah embolisme paru (pulmonary embolism) dan paling sering terjadi pada periode setelah melahirkan (postpartum). Kehamilan meningkatkan risiko embolisme paru karena peningkatan kemampuan untuk membekukan darah (yang bermanfaat untuk menghentikan perdarahan saat persalinan). Sayangnya, kemampuan ini juga meningkatkan risiko trombosis (bekuan) darah yang secara mendadak menyumbat arteri paru-paru–kondisi yang disebut embolisme paru.
Tanda-tanda embolisme paru termasuk sesak napas tiba-tiba dan tanpa sebab, nyeri dada, dan batuk yang dapat disertai darah. Embolisme paru dapat dikelola segera dengan obat-obatan anti trombosis dan perawatan kedaruratan.

URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/5-penyebab-utama-kematian-ibu-di.html

Tuesday, 11 December 2012

penyebab kegagalan anestesi lokal ( bius ) pada pasien.

Beberapa dari kita mungkin pernah mengalami kegagalan anestesi pada saat pencabutan atau perawatan gigi. Kegagalan anestesi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, hal ini tentu saja sangat merugikan kita. Tidak ada salahnya jika kita mengetahui beberapa faktor penyebab kegagalan anestesi.

1: Variasi Anatomi
Bius lokal selalu efektif jika disuntikkan di daerah anatomi yang tepat dan diberikan waktu yang cukup untuk bekerja. Bius bekerja dengan menghambat pasokan saraf ke daerah tertentu di bawah pengaruh obat. Namun pada beberapa orang ditemukan keadaan saraf yang tidak biasa, jadi cara umum yang digunakan oleh dokter gigi tidak akan bekerja dengan maksimal. diperlukan anestesi yang lebih untuk menanggulangi masalah ini dan disuntikkan ditempat yang berbeda untuk blok yang lebih maksimal terhadap gigi tersebut.
Anatomi yang tidak biasa ini bisa menjadi masalah dengan rahang bawah, karena disini dokter gigi menggunakan blok saraf sebagai lawan infiltrasi di rahang atas. hal ini karena saraf berjalan berbeda dirahang atas dan rahang bawah. Saraf gigi pada rahang bawah terdapat pada tulang padat sedangkan saraf pada rahang atas terdapat dipermukaan sebelum masuk ke gigi. Rahang atas lebih poreous yang berarti bahwa ketika anestesi disuntikkan di sebelah gigi, dapat terhubung dengan akar, membuat gigi akan mati rasa. Rahang bawah lebih padat dan suntikan di samping gigi biasanya tidak cukup untuk membuat gigi tersebut mati rasa.
Alasan beberapa orang tidak bisa dibius dengan baik pada rahang bawah adalah karena pembukaan kanal tersebut tidak berada di tempat biasa, jadi memerlukan metode yang berbeda dari biasa untuk mengatasi hal tersebut.
2. Kesalahan operator ( dokter gigi ) dalam pemberian anestesi.
Beberapa dokter gigi kadang mengalami kesalahan dalam menyintikkan bius. namun hal ini jarang menjadi masalah karena akan dilakukan tes terhadap daerah yang dibius, apa bila bius tidak bekerja dapat dilakukan injeksi ditempat yang berbeda. Sebagai pasien sebaiknya pada saat dokter gigi anda menanyakan apakah masih sakit jawab dengan jujur jangan ditahan atau menyepelekan rasa sakit pada saat di tes, karena akan sangat menggangu anda pada saat pencabutan atau perawatan gigi.


3. Pasien resisten terhadap obat yang diberikan.
Beberapa pasien yang resisten terhadap pengaruh obat bius lokal tertentu (misalnya lignocaine / lidokain), jawabannya adalah sederhana - menggunakan solusi LA berbeda.

4. Anxiety (bius lokal tidak bertahan lama atau terlalu cepat habis).
Ketika seseorang sangat stres atau cemas, anestesi lokal mungkin tidak bekerja seperti ketika Anda bersantai. Hormon-hormon yang berhubungan dengan kecemasan (seperti epinephrine alias adrenalin) dapat mencegah bius lokal bekerja dengan baik pada beberapa orang. Pengaruh anestesi lokal mungkin tertunda, atau mungkin terlalu cepat hilang.
Oleh karena itu lebih baik anada tidak cemas atau stres pada saat datang ke dokter gigi. Ingat dokter gigi bertujuan membantu anda bukan untuk membunuh anda ^^.

5. Adanya infeksi atau abcess.
Infeksi dapat mencegal bius lokal bekerja secara efektif jadi lebih baik pengobatan fokus kepada infeksi tersebut. Mungkin anda sering bertanya kenapa kalau gigi sakit ga boleh dicabut?? salah satu jawabannya adalah ini, bius tidak akan bekerja maksimal pada saat terjadi masalah pada gusi atau jaringan lunak.
 
URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/penyebab-kegagalan-anestesi-lokal-bius.html

Pengggunaan pasta gigi untuk anak

Beberapa dari orang tua sangat memperdulikan kesehatan gigi dan mulut anak-anaknya, namun tidak sedikit juga orang tua yang acuh tak acuh terhadap kesehatan gigi dan mulut anak-anak mereka.
Nah saat ini saya tidak sedang membahas orang tua yang kurang perduli dengan kesehatan gigi dan mulut anak mereka. namun saat ini saya akan lebih mengarah terhadap orang tua yang perduli dan selalu care terhadap kesehatan gigi dan mulut anak-anak mereka. Saat ini saya akan membahas masalah pemberiaan pasta gigi untuk anak maupun balita. singkat saja dan agar lebih mudah dipahami, pemberian pasta gigi untuk anak-anak memang sangat dianjurkan namun bagai mana dengan balita?
Pemberian pasta gigi untuk balita tidak dianjurkan. Menggosok gigi balita sebaiknya tidak menggunakan pasta gigi cukup digosok dan diberi minum air (air yang diberikan usahakan air yang sudah dimasak lohhh....) karena balita belum bisa berkumur sehingga kurang tepat kalau diberikan pasta gigi. nah untuk anak umur 3 tahun keatas sebaiknya diajarkan berkumur, pada saat menggosok gigi, diberikan pasta gigi kira - kira 0,5 cm atau sebesar biji kacang polong, pada saat berkumur usahakan menggunakan air yang sudah dimasak disebabkan anak belum begitu mahir berkumur dikhawatirkan anak menelan air tersebut dan pasta gigi. Terlalu banyak menelan pasta gigi yang mengandung fluor akan mengganggu perkembangan gigi anak, oleh karena itu awasi dan temani anak pada saat menggosok gigi. nah apakah anak anda sudah rajin menggosok gigi?
Mulailah memperhatikan kesehatan gigi anak anda karena gigi hanya tumbuh dua kali.

URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/pengggunaan-pasta-gigi-untuk-anak.html

Pertumbuhan Gigi Susu

Sebelumnya saya mohon maaf karena baru sempat posting, akhir-akhir ini saya agak sibuk dan jarang ngeblog. Mudah-mudahan tidak mengecewakan yah :). kepada mas Ysugiri (www.ysugiri.blogspot.com)yang menunggu postingannya mohon maaf mas.
Sesuai dengan pertanyaan mas ysugiri saya akan membahas tentang pertumbuhan gigi susu, beberapa orang tua pastinya khawatir akan terlambatnya pertumbuhan gigi susu buah hatinya namun tidak perlu khawatir karena memang tidak semua anak sama untuk pertumbuhan giginya.

Pada dasarnya erupsi atau keluarnya gigi susu pertama terjadi di usia 6-8 bulan. Umumnya diawali oleh keluarnya gigi seri tengah bawah, lalu secara berurutan gigi seri tengah atas, gigi seri lateral atas dan gigi seri lateral bawah, geraham susu pertama, gigi taring dan geraham susu kedua. Tapi erupsinya tak sekaligus, melainkan satu per satu dan kadang ada juga yang sepasang-sepasang. Umumnya ketika anak berusia 1 tahun mempunyai 6-8 gigi susu (tapi kadang ada juga yang hanya 2 gigi walaupun tanpa disertai keluhan pertumbuhan) dan akan menjadi lengkap berjumlah 20 gigi susu (4 gigi seri atas-bawah, 2 gigi taring kanan-kiri di atas-bawah, dan 4 geraham kiri-kanan di atas-bawah) pada usia 18 bulan atau 2 tahun. Kendati erupsi gigi pertama terjadi pada usia 6-8 bulan, namun masih belum bisa dikatakan terlambat apabila di atas usia tersebut belum juga keluar gigi pertama. Karena, normalnya erupsi gigi terjadi pada usia 6-12 bulan. Lain halnya bila si anak sudah berusia lebih dari setahun tapi belum juga terjadi erupsi gigi, maka perlu diketahui penyebabnya, ini apa bila anak belum sama sekali tumbuh giginya.

Kemungkinan keterlambatan itu karena ada kelainan pertumbuhan gigi atau pertumbuhan gigi yang tak sempurna. Misalnya, anak tidak mempunyai benih gigi, sehingga ditunggu sampai usia berapa pun tak akan ada erupsi. Tentunya kelainan ini akan tetap berlanjut sampai dewasa, ia tak akan mempunyai gigi kecuali bila dibuatkan gigi susu. Tapi faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan pertumbuhan ini tidak diketahui secara pasti dan bukan diakibatkan kekurangan suatu zat tertentu. Diduga, kelainan ini hanya ada pada daerah-daerah tertentu. Ada juga ditemui kasus yang dikarenakan perkawinan, misalnya, keturunan suatu keluarga. Sementara erupsi gigi yang terjadi lebih dini juga dikatakan kelainan pertumbuhan. karena seharusnya erupsi gigi itu menurut normal perkembangannya. Jadi kalau di luar normal perkembangannya, maka dikatakan ada kelainan.
Erupsi gigi susu yang terjadi lebih dini termasuk kelainan pertumbuhan
dan perkembangan gigi. Contohnya, bayi yang pada saat lahir sudah
memiliki gigi (istilahnya gigi natal). Tumbuhnya tidak tentu, di bagian
depan atas atau bawah tapi jarang di bagian belakang. Banyaknya satu
buah. Ada juga erupsi gigi dini yang terjadi baru pada bulan pertama
setelah kelahiran (istilahnya gigi neonatal). Pada kasus keduanya, belum
tentu bayi mengalami gejala sakit tumbuh gigi.
Tapi tak semua gigi yang erupsinya lebih dini adalah betul-betul gigi dengan memiliki akar gigi. Ada juga yang bukan gigi betulan tapi semacam epitel atau tonjolan dari gusi yang keras seperti gigi tapi tak ada akarnya.
Nah, pada kasus ini mesti dilihat apakah mengganggu atau tidak. Kalau dianggap mengganggu, maka mesti dibuang. Tapi kalau tidak, ya, tak apa-apa. Yang dimaksud mengganggu, misalnya, gigi tersebut goyang karena memang belum mantap, sehingga si bayi merasa sakit dan membuatnya rewel. Tentunya kalau gigi tersebut goyang dikhawatirkan akan lepas sendiri sehingga bila tertelan oleh si bayi. Jadi, harus dicabut. Begitupun bila sang gigi membahayakan si ibu pada saat menyusui. Karena gigi tersebut tajam dan akan membahayakan puting susu karena luka gigitan.

Beberapa gejala pada anak pada saat giginya tumbuh (erupsi):

* Gatal pada gusi

Ini paling sering dialami. Rasa gatal ini membuat anak sering menggigit
benda yang dipegangnya. Untuk mengatasinya berikan biskuit bayi yang
agak keras tapi akan hancur terkena air liur, sehingga tidak
membahayakan. Atau bisa juga diberi mainan khusus bayi untuk
digigit-gigit yang aman dari zat beracun.

* Rewel

Keadaan gatal pada gusi membuat bayi merasa tak nyaman. Akibatnya bayi
yang baru tumbuh gigi hampir selalu rewel.

* Gusi tampak kemerahan

* Tidak nafsu makan

Perasaan tak enak di mulut karena tumbuh gigi bisa membuat anak malas
makan atau mengunyah. Meski demikian anak tetap harus makan.

* Demam

Biasanya tidak sampai demam tinggi. Bila demamnya cukup tinggi, bawalah
anak ke dokter untuk mengecek apakah demamnya memang disebabkan akan
tumbuh gigi atau ada penyebab lain.


GIGI TETAP

Gigi tetap pertama biasanya muncul di usia 6 tahunan. Oleh karenanya,
paling baik kalau gigi susu tanggal ketika gigi tetap penggantinya sudah
teraba atau terlihat. Gigi susu harus dipertahankan karena merupakan
penuntun erupsi bagi gigi tetap. Jika gigi susu copot sebelum waktunya
gigi tetap keluar, maka gigi geligi “tetangganya” akan bergeser mengisi
sebagian kavling yang kosong. Akibatnya, gigi tetap tumbuh tidak pada
tempatnya alias berantakan.

URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/pertumbuhan-gigi-susu.html

Tindakan Orang tua

Sedikit tips kepada orang tua dalam menangani anak yang sedang tumbuh gigi susunya,karena beberapa orang tua mengalami kesulitan dalam menghadapi anak yang sedang timbuh gigi susunya.

MERANGSANG ERUPSI GIGI


Biasanya bayi menjadi rewel kala tengah mengalami erupsi gigi. Karena erupsi gigi biasanya menimbulkan gejala demam yang tak terlalu tinggi atau dikenal dengan istilah sumeng. Ini terjadi karena gigi akan menembus lapisan gusi yang keras, sehingga diperlukan suatu energi yang kuat. Nah, reaksi yang ditimbulkan tubuh itulah yang menyebabkan si bayi jadi sumeng. Selain itu, erupsi gigi juga menimbulkan gejala air liur mengences dan rasa gatal pada gigi. Itulah mengapa si bayi maunya menggigit-gigit sesuatu. Biasanya orang tua memberikan mainan plastik yang tak berbahaya untuk bisa digigit-gigit si bayi. Cara ini ternyata ada manfaatnya karena dapat merangsang erupsi gigi. Ada suatu refleks yang mempercepat keluarnya gigi. Karena dengan menggigit-gigit, maka gigi yang runcing dari dalam akan menekan-nekan gusi sehingga mempercepat keluarnya gigi. Bila tak ada mainan yang bisa digigit, maka bisa diganti dengan wortel. Karena wortel agak keras, tak mudah putus dan yang pasti lebih murah. Untuk merangsang erupsi gigi juga harus diperhatikan makanan yang dikonsumi bayi. Makanan tersebut harus mengikuti aturan dari dokter anak. Misalnya, kapan saja diberikan makanan cair, makanan setengah padat dan makanan padat. Pemberian makanan yang cukup sesuai aturan sebetulnya untuk memenuhi nutrisinya. Nutrisi ini berguna untuk tumbuh kembang dan merangsang pertumbuhan gigi dari dalam. Pemberian vitamin untuk merangsang pertumbuhan gigi pada bayi juga bisa dilakukan sesuai anjuran dokter. Ada zat yang dapat memperkuat gigi bayi, menjaga dan mencegah kerusakan gigi, yaitu zat fluor. Zat ini bisa diberikan pada ibu hamil sampai bayi lahir hingga berusia 10 tahun.

RAJIN MEMBERSIHKAN GIGI

Sejak erupsi gigi yang pertama orang tua harus membersihkan gigi tersebut setiap habis menyusui, karena susu bisa menempel pada gigi dan berbahaya bagi kesehatan gigi. Nanti di usia 1-2 tahun giginya bisa rusak dan berlubang kalau tak dibersihkan sejak awal. Juga bisa sampai berwarna hitam karena pengaruh dari sisa-sisa makanan yang menempel. Nah, kalau ini yang terjadi, berarti sudah ada kelainan. Sebetulnya, lanjut Ismu, sebelum gigi erupsi pun si bayi sebaiknya sudah diajarkan merawat gigi. Caranya dengan orang tua membersihkan gusi-gusi si bayi pakai kain kasa atau kapas yang dibasahi air matang. Posisi yang paling enak dengan memangku si bayi dan mendekap kepalanya ke dada ibu. Setelah giginya erupsi, gunakan sikat gigi khusus bayi. Sedikitnya dibersihkan sekali sehari tanpa memakai pasta gigi, dengan posisi kepala si bayi di pangkuan ibu. Setelah anak bisa berjalan barulah diajarkan menyikat gigi sendiri. Posisinya, ibu di belakang anak dan membantu anak menyikat gigi dari belakang. Gunakan sikat gigi khusus anak sesuai usianya dan pasta gigi yang mengandung fluor namun rasanya tak manis. Lakukan 2 kali sehari, sehabis makan pagi dan mau tidur malam. Orang tua sebaiknya memilih model sikat gigi maupun pastanya menurut kesukaan anak. Kemudian cara menyikat giginya yang penting adalah bersih. Anak dibantu dalam menyikat gigi sampai kemudian ia bisa dilepaskan sendiri untuk menyikat gigi. Sebaiknya kebiasaan membersihkan gigi ditanamkan oleh orang tua sejak dini, sehingga kelak dengan sendirinya kebiasaan ini akan terbentuk dalam diri anak.

Bayi usia 0-6 bulan umumnya belum memiliki gigi susu. Namun begitu, kegiatan membersihkan lidah dan gusinya sudah harus dilakukan begitu selesai menyusu dan sebelum tidur malam. Berikut langkah-langkahnya:

* Sediakan potongan kain kasa atau kain steril yang lembut.


* Celupkan/basahi kain tersebut dengan air matang.

* Balutkan kain pada jari telunjuk ibu/ayah.

* Bersihkan mulut dan gusi si kecil secara perlahan.

* Posisikan bayi berbaring agak tegak atau duduk di pangkuan kalau sudah bisa.

Gigi Bayi

* Bila gigi susu bayi sudah muncul, gunakan sikat gigi mungil. Jika hendak menggunakan pasta gigi, sediakan lap basah karena si kecil belum bisa berkumur. Posisikan ia duduk di pangkuan.

Arah membersihkannya bisa vertikal maupun horisontal. Yang penting seluruh permukaan gigi, baik bagian luar maupun dalam (yang menghadap ke lidah), dan sela-selanya ikut dibersihkan.

* Kalau sudah selesai, seka pasta giginya dari mulut dan bibir dengan lap basah sampai bersih.

Gigi Anak

Lakukan langkah-langkah menggosok gigi yang terbaik seperti ini:

* Gosok gigi searah, dari atas ke bawah untuk gigi atas; dan sebaliknya dari bawah ke atas untuk gigi bawah. Inilah prinsip menyikat “dari merah ke putih” atau dari gusi ke ujung gigi agar kotoran yang tersapu tidak balik lagi. Gerakan searah juga menjaga kesehatan gusi.

* Buatlah gerakan mengeluarkan kotoran dari sela-sela gigi.

* Gosoklah perlahan semua permukaan gigi mulai dari bagian dalam, tengah, dan luar.

* Bersihkan juga langit-langit, dinding mulut, dan permukaan lidah.

* Usahakan air yang digunakan untuk menggosok gigi bersih dan jernih. Untuk anak yang baru belajar berkumur sediakan air matang.

* Jangan berkumur terlalu banyak supaya masih tersisa fluoride untuk menjaga kekuatan gigi.

Waktu Gosok Gigi

Waktu terbaik untuk menggosok gigi adalah setelah makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel di permukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan menggosok gigi sebelum tidur berguna untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami. Untuk itu usahakan gigi betul-betul dalam kondisi bersih sebelum tidur. Nah, ketika bangun pagi, gigi masih relatif bersih sehingga menyikatnya bisa dilakukan setelah sarapan.


Pilih Dan Ganti Sikat Gigi

Untuk anak, pilih sikat gigi yang ukurannya kecil dengan tangkai yang mudah digenggam. Bulu sikatnya halus tapi kuat. Bagian ujung kepala sikatnya menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam. Untuk bayi, ada pilihan sikat gigi karet, bulu, atau sikat gigi sarung untuk dipakai pada jari telunjuk ayah/ibu. Jika gigi sudah keluar lebih dari 8, bersihkan dengan sikat gigi bayi yang mempunyai ujung kecil dan berbulu halus, dengan kode ukuran P20, atau yang berbulu karet.

Selanjutnya, anak 1-5 tahun bisa memakai sikat dengan 3 deret bulu. Di usia 6 tahun ke atas (periode gigi geligi bercampur), selain sikat dengan 3 deret bulu dapat pula dipakai sikat dengan 4 deret bulu.

Jika memakai bulu sikat yang keras maka gusi akan mengalami abrasi. Jaringan gusi akan rusak sehingga akar gigi akan terbuka. Akar gigi yang tidak dilapisi email ini akan terasa ngilu ketika mengonsumsi makanan. Gantilah sikat gigi kalau bulunya sudah mekar atau tidak beraturan agar tidak melukai gusi.

Porsi Pasta Gigi

Pasta gigi tidak diwajibkan bagi bayi dan balita. Jadi, kalau anak tak mau, ya jangan dipaksa. Kenalkan saja secara perlahan. Pasta gigi pada prinsipnya dibuat dengan kandungan bahan-bahan pelindung permukaan gigi.

Salah satunya fluoride yang sampai kadar tertentu membuat gigi tetap kuat. Kandungan fluoride dalam pasta gigi anak umumnya masuk kategori aman. Namun sebaiknya, pilih pasta dengan kandungan fluoride paling sedikit. Ketika hendak menyikat gigi, oleskan pasta gigi sedikit saja, yakni tidak lebih dari ukuran sebutir kacang polong.

URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/tindakan-orang-tua.html