BANDUNG BARAT - Puluhan siswa sekolah menangah pertama
di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, terpaksa melangsungkan ujian
akhir semester (UAS) di dapur. Pasalnya, sekolah mereka tidak memiliki
ruang kelas memadai, sedangkan kelas yang selama ini ditumpangi harus
berbagi dengan siswa lainnya.
Ada 45 siswa kelas 9 SMPN Satu Atap Lembang Cililin di Kampung Pasirpogor, RT 01/09, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, yang mengikuti UAS. Sebanyak 21 siswa di antaranya harus melangsungkan ujian di dapur bermejakan mesin jahit. Ruangan itu menyatu dengan kamar mandi yang bersebelahan dengan kandang kambing.
Pihak sekolah mengaku tidak bisa berbuat banyak selain memanfaatkan dapur. Atau, mereka tidak bisa ikut ujian. Sedangkan siswa lainnya menumpang di ruang kelas Madrasah Al Barokah.
Selama ini, Madrasah Al Barokah dijadikan lokasi belajar bagi siswa kelas 7 dan 8. Namun karena jumlah ruang terbatas, mereka harus dibagi dalam dua gelombang, yakni pagi dan siang. Sementara siswa kelas 9 belajar di luar ruangan karena tidak memiliki ruang kelas.
"Belajar di madrasah tuh desak-desakan. Sedangkan kalau ujian kan minimal satu meja satu siswa, karena enggak punya ruangan lain kami memanfaatkan dapur. Bahkan meja mesin juga kami gunakan sebagai meja tulis," tutur Reni Nuryani, salah satu guru SMPN Satu Atap.
Dia melanjutkan, sekolahnya berdiri sejak 2010 dengan jumlah siswa mencapai 198 orang. Di antaranya kelas 7 sebanyak 78 siswa, kelas 8 (75), dan kelas 9 (45). Sekolah ini satu-satunya pilihan warga karena tidak adanya sekolah lain.
Menyiasati agar proses belajar tetap berlanjut, pihak sekolah terpaksa mengajak siswanya berpindah-pindah. Selain menumpang di madrasah, sekolah juga pernah mengajak siswa kelas 9 belajar di sekolah dasar. Terakhir, di dapur yang bersebelahan dengan kandang kambing.
"Kami khawatir secara psikologis siswa kelas 9 ini merasa minder manakala melanjutkan ke SMA karena ada yang sama sekali belum pernah merasakan belajar di kelas," ucapnya.
Ditemui terpisah, Kasi Sarana Bidang SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga KBB, Muhamad Safak, mengatakan, alokasi anggaran untuk pembangunan ruang kelas baru (RKB) SMPN Satu Atap Lembang Cililin belum teranggarkan di tahun ini.
Anggaran yang ada dari APBD perubahan 2012 hanya untuk pematangan lahan hibah 800 meter persegi dari masyarakat untuk sekolah senilai Rp30 juta.
"Tahun depan pun RKB untuk sekolah ini dianggarkan dari program block grant dua lokal dengan anggaran sekira Rp200 juta," terangnya.
Ada 45 siswa kelas 9 SMPN Satu Atap Lembang Cililin di Kampung Pasirpogor, RT 01/09, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, yang mengikuti UAS. Sebanyak 21 siswa di antaranya harus melangsungkan ujian di dapur bermejakan mesin jahit. Ruangan itu menyatu dengan kamar mandi yang bersebelahan dengan kandang kambing.
Pihak sekolah mengaku tidak bisa berbuat banyak selain memanfaatkan dapur. Atau, mereka tidak bisa ikut ujian. Sedangkan siswa lainnya menumpang di ruang kelas Madrasah Al Barokah.
Selama ini, Madrasah Al Barokah dijadikan lokasi belajar bagi siswa kelas 7 dan 8. Namun karena jumlah ruang terbatas, mereka harus dibagi dalam dua gelombang, yakni pagi dan siang. Sementara siswa kelas 9 belajar di luar ruangan karena tidak memiliki ruang kelas.
"Belajar di madrasah tuh desak-desakan. Sedangkan kalau ujian kan minimal satu meja satu siswa, karena enggak punya ruangan lain kami memanfaatkan dapur. Bahkan meja mesin juga kami gunakan sebagai meja tulis," tutur Reni Nuryani, salah satu guru SMPN Satu Atap.
Dia melanjutkan, sekolahnya berdiri sejak 2010 dengan jumlah siswa mencapai 198 orang. Di antaranya kelas 7 sebanyak 78 siswa, kelas 8 (75), dan kelas 9 (45). Sekolah ini satu-satunya pilihan warga karena tidak adanya sekolah lain.
Menyiasati agar proses belajar tetap berlanjut, pihak sekolah terpaksa mengajak siswanya berpindah-pindah. Selain menumpang di madrasah, sekolah juga pernah mengajak siswa kelas 9 belajar di sekolah dasar. Terakhir, di dapur yang bersebelahan dengan kandang kambing.
"Kami khawatir secara psikologis siswa kelas 9 ini merasa minder manakala melanjutkan ke SMA karena ada yang sama sekali belum pernah merasakan belajar di kelas," ucapnya.
Ditemui terpisah, Kasi Sarana Bidang SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga KBB, Muhamad Safak, mengatakan, alokasi anggaran untuk pembangunan ruang kelas baru (RKB) SMPN Satu Atap Lembang Cililin belum teranggarkan di tahun ini.
Anggaran yang ada dari APBD perubahan 2012 hanya untuk pematangan lahan hibah 800 meter persegi dari masyarakat untuk sekolah senilai Rp30 juta.
"Tahun depan pun RKB untuk sekolah ini dianggarkan dari program block grant dua lokal dengan anggaran sekira Rp200 juta," terangnya.
URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/21-siswa-smp-negeri-di-bandung-barat.html
0 comments:
Post a Comment