BOGOR–Masih ingat dengan janji PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang
bertekad mampu menyambungkan kembali jalur kereta rel listrik (KRL)
Bogor-Jakarta hari ini? Nyatanya janji tinggallah janji. Jalur KRL yang
terputus di KM 45 Cilebut, Sukaraja, Kabupaten Bogor, masih sulit
dipulihkan.
Hingga kemarin, proyek perbaikan di satu jalur yang terputus masih dikebut. Puluhan pekerja PT KAI masih fokus melakukan pemadatan dan penguatan fondasi di jalur lintas rel yang ambrol. Pengerasan dan pemadatan dilakukan dengan batu kerikil di punggung jalur rel sebelum dilakukan penyambungan lintasan rel sepanjang 200 meteran.
Alhasil, para penumpang dari Stasiun Bogor harus tetap ‘saling sikut’ dan berebut kursi atau bisa sekadar terangkut. Itu pun setelah mereka berlomba dengan waktu, karena perjalanan KRL dari Stasiun Besar Bogor hanya tersedia pukul 04:22 hingga 08:30. Sedangkan di sore hari, perjalanan dari Stasiun Bogor hanya dimulai pukul 19:30 sampai 23:00 saja.
“Malam ini rencananya kita pasang bantalan. Seharian tadi baru pemberian sirtu untuk menguatkan bantalan. Tidak ada uji coba seperti yang ramai diberitakan. Kondisinya saja belum memungkinkan untuk dilalui kereta,” jelas Kepala Humas PT KAI Daops 1 Jakarta, Mateta Rijalulhaq kepada Radar Bogor, kemarin.
Lantas, kapan para komuter-sebutan penumpang setia commuter line bisa kembali menggunakan moda transportasi mereka? Mateta menjelaskan, untuk proses perbaikan baru bisa selesai dalam sepekan ke depan. Setelah proses pemadatan, pemasangan bantalan dan penyambungan rampung, baru PT KA bisa kembali memasang dan mengaktifkan listrik arus atas (LAA).
“Ya mudah-mudahan minggu depan sudah bisa kembali normal. Saat ini proses pengerjaan sudah 80 persen,” cetusnya. Amblasnya rel di Kampung Babakansirna, Kecamatan Babakanmadang itu terjadi akibat longsor dan air sungai di sekitar lokasi meluap.
Longsor juga menimbun puluhan rumah warga yang berada di bawah tebingan. Setelah hampir dua pekan berada di tenda pengungsian, para korban rel longsor sudah menempati rumah kontrakan sementara.
Mateta menambahkan, ke depannya PT KAI berharap pemerintah daerah yang dilintasi rel kereta segera melakukan kajian wilayah atau zonasi. Khususnya pada rel kereta yang berada di tebingan.
Mengingat, selama ini banyak perubahan terjadi di sepanjang jalur kereta yang berimbas pada terganggunya perjalanan kereta api. Semisal kawasan pinggiran rel yang banyak berubah menjadi wilayah pemukiman.
“Kami sudah sampaikan surat ke pemerintah daerah agar melakukan kajian. Banyak kondisi berubah dan berdampak buruk pada perjalanan kereta. Seperti yang tadinya tidak ada perumahan, terus terus sekarang ada. Ya minimal sungai yang menjadi penyebab longsor kemarin menjadi sorotan kajian Pemda lah. Karena PT KA juga menjadi korban dalam musibah ini.
Hingga kemarin, proyek perbaikan di satu jalur yang terputus masih dikebut. Puluhan pekerja PT KAI masih fokus melakukan pemadatan dan penguatan fondasi di jalur lintas rel yang ambrol. Pengerasan dan pemadatan dilakukan dengan batu kerikil di punggung jalur rel sebelum dilakukan penyambungan lintasan rel sepanjang 200 meteran.
Alhasil, para penumpang dari Stasiun Bogor harus tetap ‘saling sikut’ dan berebut kursi atau bisa sekadar terangkut. Itu pun setelah mereka berlomba dengan waktu, karena perjalanan KRL dari Stasiun Besar Bogor hanya tersedia pukul 04:22 hingga 08:30. Sedangkan di sore hari, perjalanan dari Stasiun Bogor hanya dimulai pukul 19:30 sampai 23:00 saja.
“Malam ini rencananya kita pasang bantalan. Seharian tadi baru pemberian sirtu untuk menguatkan bantalan. Tidak ada uji coba seperti yang ramai diberitakan. Kondisinya saja belum memungkinkan untuk dilalui kereta,” jelas Kepala Humas PT KAI Daops 1 Jakarta, Mateta Rijalulhaq kepada Radar Bogor, kemarin.
Lantas, kapan para komuter-sebutan penumpang setia commuter line bisa kembali menggunakan moda transportasi mereka? Mateta menjelaskan, untuk proses perbaikan baru bisa selesai dalam sepekan ke depan. Setelah proses pemadatan, pemasangan bantalan dan penyambungan rampung, baru PT KA bisa kembali memasang dan mengaktifkan listrik arus atas (LAA).
“Ya mudah-mudahan minggu depan sudah bisa kembali normal. Saat ini proses pengerjaan sudah 80 persen,” cetusnya. Amblasnya rel di Kampung Babakansirna, Kecamatan Babakanmadang itu terjadi akibat longsor dan air sungai di sekitar lokasi meluap.
Longsor juga menimbun puluhan rumah warga yang berada di bawah tebingan. Setelah hampir dua pekan berada di tenda pengungsian, para korban rel longsor sudah menempati rumah kontrakan sementara.
Mateta menambahkan, ke depannya PT KAI berharap pemerintah daerah yang dilintasi rel kereta segera melakukan kajian wilayah atau zonasi. Khususnya pada rel kereta yang berada di tebingan.
Mengingat, selama ini banyak perubahan terjadi di sepanjang jalur kereta yang berimbas pada terganggunya perjalanan kereta api. Semisal kawasan pinggiran rel yang banyak berubah menjadi wilayah pemukiman.
“Kami sudah sampaikan surat ke pemerintah daerah agar melakukan kajian. Banyak kondisi berubah dan berdampak buruk pada perjalanan kereta. Seperti yang tadinya tidak ada perumahan, terus terus sekarang ada. Ya minimal sungai yang menjadi penyebab longsor kemarin menjadi sorotan kajian Pemda lah. Karena PT KA juga menjadi korban dalam musibah ini.
URL : http://bogornewsandsport.blogspot.com/2012/12/target-kai-meleset.html
0 comments:
Post a Comment